Donor darah Rumah Berkat dan Rumah Sosial di Mall Taman Anggrek satukan aksi dan empati lewat gerakan kolaboratif yang membangun solidaritas di tengah masyarakat urban. Siang itu di lantai G Mall Taman Anggrek, ada yang berbeda. Bukan pameran, bukan promosi produk. Melainkan deretan meja pemeriksaan kesehatan, tempat tidur donor, dan senyum hangat dari para relawan yang menyambut setiap pengunjung yang tertarik berbuat sesuatu yang sederhana tapi berdampak besar: mendonorkan darah. Dalam program bertajuk “Setetes Darah Sejuta Nyawa” ke-7, dua organisasi sosial—Rumah Berkat dan Rumah Sosial—berkolaborasi menyelenggarakan kegiatan donor darah yang bukan hanya tentang mengisi stok darah nasional, tetapi juga tentang menghidupkan kembali nilai kepedulian sosial di ruang publik. Donor Darah di Mall: Aksesibilitas Bertemu Kesadaran Kegiatan ini berlangsung dari pukul 13.00 hingga 17.00 WIB, berlokasi di The Anggrek Kitchen, pusat kuliner di lantai dasar Mall Taman Anggrek. Lokasi ini sengaja dipilih untuk menghadirkan kegiatan sosial di tengah ruang yang biasa digunakan untuk konsumsi dan hiburan—mengubah zona komersial menjadi panggung aksi kemanusiaan. “Kalau kita ingin menjangkau lebih banyak orang, maka kita harus hadir di tempat mereka beraktivitas,” ujar salah satu koordinator dari Rumah Sosial. “Donor darah di mall adalah bentuk baru dari menjadikan kebaikan bagian dari gaya hidup.” Kolaborasi yang Membuka Ruang bagi Siapa Saja Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan banyak pihak. RSPAD Gatot Subroto bertindak sebagai mitra medis utama, memastikan seluruh proses dari skrining hingga donor berjalan aman. Di sisi logistik dan fasilitas, dukungan datang dari PT Rakhasa Artha Wisesa, DIMPOT – Dimsum & Hot Pot, serta pengelola Mall Taman Anggrek. Melalui kolaborasi ini, terbuka ruang yang inklusif: siapa pun bisa ikut berpartisipasi. Tak perlu mendaftar jauh hari, tak perlu takut akan prosedur medis yang rumit. Peserta cukup datang, diperiksa, dan jika memenuhi syarat, langsung mendonorkan darah. Data Lapangan: Dari Niat hingga Realitas Dari total 83 pendaftar: Rinciannya meliputi: Angka-angka ini menyadarkan kita bahwa niat baik perlu disertai kesiapan tubuh. Di sinilah edukasi berperan: tentang nutrisi, pola istirahat, dan waktu donor yang tepat. Dari Informasi ke Transformasi Satu hal yang membedakan kegiatan ini adalah pendekatan edukatifnya. Bukan hanya donor, peserta juga diajak berdialog, diberikan informasi ringan namun penting: Relawan memberikan leaflet dan panduan singkat, bahkan membuka ruang diskusi ringan yang membuat suasana terasa santai namun tetap bermakna. Cerita-cerita yang Menggerakkan Setiap peserta datang dengan latar belakang dan alasan yang berbeda. Ada yang baru pertama kali donor karena penasaran. Ada yang rutin mendonor dan sengaja datang ke lokasi. Bahkan ada yang awalnya hanya ingin makan siang, tapi berakhir dengan menyumbangkan darah. “Saya enggak nyangka, saya bisa bantu orang sambil jalan-jalan di mall,” ujar Riko (34), pendonor yang berhasil lolos skrining. “Rasanya beda. Saya merasa lebih sehat, dan lebih berarti.” Sementara Sari (27), yang gagal donor karena HB rendah, justru merasa tertantang. “Sekarang saya jadi tahu bahwa tubuh saya belum siap. Tapi ini bukan akhir, saya akan perbaiki pola makan dan coba lagi bulan depan.” Gerakan Jangka Panjang, Bukan Seremonial Rumah Berkat dan Rumah Sosial menyatakan bahwa program ini bukan kegiatan seremonial, melainkan bagian dari gerakan berkelanjutan. “Kami ingin membuat donor darah sebagai gaya hidup kota,” ungkap pihak Rumah Berkat. “Bukan sekadar kegiatan insidental, tapi budaya bersama.” Program “Setetes Darah Sejuta Nyawa” akan terus digelar secara berkala, menyasar lokasi strategis lain seperti universitas, taman kota, hingga area publik di wilayah pinggiran yang belum banyak terjangkau edukasi donor. Informasi kegiatan selanjutnya akan tersedia di laman resmi mereka serta media sosial, dan akan disebarluaskan juga melalui jejaring mitra sosial, termasuk menggalangkebaikan.com. situs slot